Pengertian Bulan Ramadlan

Pengertian Bulan Ramadlan

Bulan Ramadlan :: Pengertian Bulan Ramadlan
Assalamu'alaikum wr.wb.
Kali ini saya akan membahas mengenai Bulan Puasa Ramadlan, dikarenakan kemarin ada juga orang yang posting artikel dengan judul "Pengertian Bulan Ramadlan" dan setelah saya lihat ternyata hanyalah penjelasan mengenai apa itu Bulan Ramadlan. hehe aneh dan cukup lucu juga menurut saya, karena masak tidak tahu apa itu Bulan Ramadlan. Namun karena di Google juga ada keyword "Pengertian Bulan Ramadlan" dengan penulisan yang kurang tepat, yaitu menggunakan DH (Ramadhan = Pengertian Bulan Ramadhan) maka saya mencoba meluruskan penulisannya disini, dengan membuat artikel berjudul "Pengertian Bulan Ramadlan" namun penulisannya saya menggunakan penulisan pendekatan yang lebih benar yang sudah digunakan oleh cendikiawan muslim dan Ulama' NU dulu, yaitu menulis Ramadlan menggunakan DL.

Oke, sekarang mari kita bahas mengenai Pengertian Bulan Ramadlan saja dulu, dan mengenai metode penulisan akan saya bahas di lain kesempatan, atau silahkan anda baca saja di: Fakta Dasar Penulisan Ramadlan, Ramadan dan Ramadhan

Pengertian Bulan Ramadlan
Ramadlan (bahasa Arab:رمضان; transliterasi: Ramadlan) adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah (sistem penanggalan agama Islam). Sepanjang bulan ini pemeluk agama Islam melakukan serangkaian aktivitas keagamaan termasuk di dalamnya berpuasa, salat tarawih, peringatan turunnya Alquran, mencari malam Laylatul Qadar, memperbanyak membaca Alquran dan kemudian mengakhirinya dengan membayar zakat fitrah dan rangkaian perayaan Idul Fitri.

Kekhususan bulan Ramadlan ini bagi pemeluk agama Islam tergambar pada Alquran pada surah Al-Baqarah ayat 185 yang artinya:

"bulan Ramadlan, bulan yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu..."
—(Al-Baqarah 2: 185)

Etimologi
Ramadlan berasal dari akar kata ر م ﺿ , yang berarti panas yang menyengat. Bangsa Babylonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara Jazirah Arab menggunakan luni-solar calendar (penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari sekaligus). Bulan kesembilan selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat. Sejak pagi hingga petang batu-batu gunung dan pasir gurun terpanggang oleh sengatan matahari musim panas yang waktu siangnya lebih panjang daripada waktu malamnya. Di malam hari panas di bebatuan dan pasir sedikir reda, tapi sebelum dingin betul sudah berjumpa dengan pagi hari. Demikian terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pekan terjadi akumulasi panas yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan Ramadlan, bulan dengan panas yang menghanguskan.

Setelah ummat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan, yang rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari, bulan Ramadlan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Orang lebih memahami 'panas'nya Ramadlan secara metaphoric (kiasan). Karena di hari-hari Ramadlan orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan. Atau, diharapkan dengan ibadah-ibadah Ramadlan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan seusai Ramadlan orang yang berpuasa tak lagi berdosa. Wallahu `alam.

Dari akar kata tersebut kata Ramadlan digunakan untuk mengindikasikan adanya sensasi panas saat seseorang kehausan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata Ramadlan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan baik sebagaimana matahari membakar tanah. Namun kata ramadan tidak dapat disamakan artinya dengan ramadlan. Ramadlan dalam bahasa arab artinya orang yang sakit mata mau buta. Lebih lanjut lagi hal itu dikiaskan dengan dimanfaatkannya momen Ramadlan oleh para penganut Islam yang serius untuk mencairkan, menata ulang dan memperbaharui kekuatan fisik, spiritual dan tingkah lakunya, sebagaimana panas merepresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi

Puasa Ramadlan
Selama bulan Ramadlan, penganut agama Islam akan berpuasa setiap hari sampai Idul Fitri tiba. Ied artinya Hari Raya. Fithri berasal dari kata fathara artinya 'memecah, mengakhiri". Ied al-Fithri artinya Hari Raya Mengakhiri Puasa (Ramadlan).

Hari terakhir dari bulan Ramadlan dirayakan dengan sukacita oleh seluruh muslim di dunia. Pada malam harinya (malam 1 Syawal), yang biasa disebut malam kemenangan, mereka akan mengumandangkan takbir bersama-sama. Di Indonesia sendiri ritual ini menjadi tontonan yang menarik karena biasanya para penduduk (yang beragama Islam) akan mengumandangkan takbir sambil berpawai keliling kota dan kampung, kadang-kadang dilengkapi dengan memukul beduk dan menyalakan kembang api.

Esoknya tanggal 1 Syawal, yang dirayakan sebagai hari raya Idul Fitri, baik laki-laki maupun perempuan muslim akan memadati masjid maupun lapangan tempat akan dilakukannya Salat Ied. Salat dilakukan dua raka'at kemudian akan diakhiri oleh dua khotbah mengenai Idul Fitri. Perayaan kemudian dilanjutkan dengan acara saling memberi ma'af di antara para muslim, dan sekaligus mengakhiri seluruh rangkaian aktivitas keagamaan khusus yang menyertai Ramadlan.
Sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Ramadan

Catatan:
Kalimat arab yang ber-arti Buta atau lebih tepatnya rabun menggunakan huruf dal (د) bukan menggunakan DLAD (ض) sedangkan Ramadlan menggunakan ض makanya transliterasinya menggunakan DL.
Namun di situs wikipedia disamakan antara huruf ض dengan huruf د hal itu memang kekurangannya wikipedia dan inilah akibat menggunakan metode transliterasi yang salah.
Dan mengenai pembahasan Transliterasi Insya Allah akan saya bahas di kesempatan yang lain. sekian dari saya, semoga tulisan Pengertian Bulan Ramadlan ini bermanfaat.




share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by admin, Published at 04.06 and have 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar